Letusan Gunung Tambora
Gunung Tambora (2.850 mdpl), Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, meletus dahsyat pada 10-11 April 1815 hingga meninggalkan kaldera seluas 8 kilometer.
Letusan Gunung Tambora benar-benar mengguncang dunia, terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah manusia modern. Magnitudo letusan Tambora, berdasarkan Volcanic Explosivity Index (VEI), berada pada skala 7 dari 8, hanya kalah dari letusan Gunung Toba (Sumatera Utara), sekitar 74.000 tahun lalu, yang berada pada skala 8.
Gunung di Pulau Sumbawa ini juga tercatat sebagai gunung yang paling mematikan. Jumlah korban tewas akibat letusan gunung ini mencapai 91.000 jiwa. Sebanyak 10.000 orang tewas secara langsung akibat letusan dan sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit yang mendera.
Gunung Tambora kini masih aktif. Di dasar kaldera terdapat kubah lava yang dinamai Doro Afi Toi yang masih beraktivitas. Pada Oktober 2011, berdasar hasil pengukuran instrumen kegempaan di Tambora menunjukkan terjadinya gempa-gempa vulkanik di atas normal. Statusnya sempat ditetapkan Siaga, lalu diturunkan ke Waspada.
Gunung Tambora Sekarang
Di tengah aktivitas vulkanik tersebut, gunung ini justru memiliki daya tarik bagi para pecinta aktivitas alam. Dua jalur yaitu dari Desa Doropeti dan Desa Pancasila, dipilih para pendaki untuk menuju puncak atau bibir kaldera.
Gunung Tambora dulu pascaletusan berbeda dengan kini. Di puncak gunung menghadirkan pemandangan yang memukau. Terlihat sisi utara Pulau Sumbawa dengan Pulau Satonda yang memiliki danau vulkanik. Vegetasi gunung juga sangat beragam, bahkan di sisi barat dan utara terdapat hutan hujan yang sangat lebat.
Di kaki gunung di Desa Pancasila terdapat perkebunan kopi peninggalan Belanda yang masih memproduksi kopi jenis robusta atau dikenal dengan Kopi Gunung Api Tambora. Di perkebunan ini juga diproduksi kopi luwak.
0 komentar:
Posting Komentar